Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. masalah ini disebabkan oleh multifaktor dan membutuhkan penanganan multisektoral. Stunting saat ini menjadi proritas nasional dalam penanggulannya. Percepatan penurunan stunting melalui optimalisasi cakupan intervensi-intervensi yang berbasis bukti terus dilakukan agar target penurunan menjadi 14% di tahun 2024.
Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting menyebutkan bahwa intervensi penanggulangan stunting yang dilakukan mencakup intervensi sensitif yang dilakukan oleh lintas sektor dan intervensi spesifik yang dilaksanakan oleh sektor kesehatan. Dinas Kesehatan sebagai koordinator bidang intervensi spesifik dan sensitif kesehatan berperan dalam mempublikasikan data indikator intervensi spesifik dan sensitive kesehatan yang dilakukan setiap triwulan selama tahun 2024.
Untuk itulah Dinas Kesehatan kembali melaksanakan Pertemuan evaluasi intervensi spesifik penurunan stunting di triwulan 2 yang bertempat di Ruang Pertemuan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, dibuka oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Nora Sukma Dewi, SKM, MKM.M.Biomed.Sc dihadiri oleh 30 orang peserta dari lintas program dan lintas sektor dengan narasumber dari IAKMI, Bappeda Bangka, Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang dan Persagi.
Dalam arahannya Nora Sukma Dewi menyampaikan balwa intervensi spesifik gizi ber berkontribusi 30% dalam menurunkan prevalensi stunting, jika cakupan intervensi gizi spesifik tersebut mencapai minimal 90%. Upaya penanggulangan stunting untuk mencapai target cakupan yang direkomendasikan menghadapi tantangan yang cukup banyak, baik dari sisi supply maupun demand. Disisi supply teridentifikasi kualitas layanan gizi yang masih belum memadai karena sumber daya manusia yang belum memadai dari sisi kapasitas maupun kuantitas, sarana dan prasarana yang belum mencukupi, alokasi dana untuk program gizi terutama di tingkat implementasi. Sementara di sisi demand tantangan yang dihadapi adalah perilaku masyarakat seperti kepatuhan terhadap konsumsi tablet tambah darah baik ibu hamil maupun remaja putri, praktik pemberian MP ASI yang belum tepat, keterampilan kader dan tingkat partisipasi masyarakat, ketahanan pangan dan gizi di tingkat keluarga, hingga pemanfaatan data surveilans gizi oleh daerah. Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
Tuliskan komentar anda :